PUISI LAMA
Puisi adalah bentuk karangan yang terkikat oleh rima, ritma, ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat. Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru.
A. PUISI LAMA
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
Jumlah kata dalam 1 baris
Jumlah baris dalam 1 bait
Persajakan (rima)
Banyak suku kata tiap baris
I r ama
1. Ciri-ciri Puisi Lama
Ciri puisi lama:
a) Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya
b) Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan
c) Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata
maupun rima
2. Jenis Puisi Lama
Yang termasuk puisi lama adalah
a) Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib
b) Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris
terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya
sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-
mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka
c) Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek
d) Seloka adalah pantun berkait
e) Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi
nasihat
f) Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak
a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita
g) Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
3. Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama
a) Mantra
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu
b) Pantun
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
 
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati
c) Karmina
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)
d) Seloka
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
e) Gurindam
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )
f) Syair
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
g) Talibun
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu
4. Ciri-ciri dari jenis puisi lama
a) Mantra
Ciri-ciri:
Berirama akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde.
Bersifat lisan, sakti atau magis
Adanya perulangan
Metafora merupakan unsur penting
Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan
misterius
Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan
persajakan.
b) Pantun
Ciri – ciri :
Setiap bait terdiri 4 baris
Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
Baris 3 dan 4 merupakan isi
Bersajak a – b – a – b
Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Berasal dari Melayu (Indonesia)
c) Karmina
Ciri-ciri karmina
Setiap bait merupakan bagian dari keseluruhan.
Bersajak aa-aa, aa-bb
Bersifat epik: mengisahkan seorang pahlawan.
Tidak memiliki sampiran, hanya memiliki isi.
Semua baris diawali huruf capital.
Semua baris diakhiri koma, kecuali baris ke-4 diakhiri tanda titik.
Mengandung dua hal yang bertentangan yaitu rayuan dan perintah.
d) Seloka
Ciri-ciri seloka
Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,
Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris.
e) Gurindam
Ciri-ciri gurindam
Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian
baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian
pada baris pertama tadi.
f) Syair
Ciri-ciri syair
Terdiri dari 4 baris
Berirama aaaa
Keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair
g) Talibun
Ciri-ciri:
Jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10
dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat
isi.
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajakny– b – c – d – a – b – c – d
 
 

Read more


Kalau bicara seni Puisi/Sajak/Sanjak di Indonesia kita akan diperhadapkan pada 2 periodisasi seni Puisi-Sajak-Sanjak di Indonesia. Tetapi istilah Puisi lama dan Puisi Baru tidak dikenal di Indonesia, yang ada ialah ANGKATAN PUJANGGA LAMA DAN ANGKATAN PUJANGGA BARU. Sementara Puisi-sajak-sanjak, dalam arti yang seluas-luasnya tidak mengenal sebuatan lama pun baru. Karena Puisi pada hakekatnya akan selalu kontekstual baik pada masa lalu, kini maupun pada masa yang akan datang. Pertama, Dalam kesusastraan Indonesia tidak dikenal “sebutan Puisi-sajak-sanjak lama” maupun “Puisi-sajak-sanjak Baru”. Yang ada ialah Periodisasi Para Pujangga Kesusastraan Indonesia, termasuk seni Ber-Sajak-Sanjak-Puisi. Yaitu Periode Angkatan Pujangga Lama dan Angkatan Pujangga Baru. Jenis-jenis Puisi-sajak-sanjak Karya Pujangga Lama, Tidak selalu berpola 4444, sebab ada juga berbagai karya Sajak-Sanjak-Puisi dalam bentuk 3334/334 atau 4443/443, bahkan dalam bentuk 2224/224. Hanya, semuanya akan selalu berakhiran bunyi yang sama baik pada baris pertama dan ketiga, maupun baris kedua dan kempat bila pola 4444 atau semua baris dalam satu bait diakhiri dengan bunyi yang sama pada pengembangan pola yang lain. Puisi-puisi karya Pujangga lama, terbagi dalam beberapa jenis a.l: Berupa Gurindam, Soneta, Syair, Pantun (terdiri dari tiga jenis pantun, Jenaka, Pengajaran dan Teguran), termasuk Tamil, Prosa (yang tidak mengenal bait dan Irama). Disebut Karya Puisi-Sajak-Sanjak Angkatan Pujangga Lama karena karya-karya tersebut sangat memperhatikan estetika Irama dalam bait-bait, yaitu Struktur yang berjenjang dari bait pertama ke bait berikutnya sampai pada bait terakhir. Artinya bait ke-1 akan selalu mengantar para pembaca/penikmat Puisi tersebut memasuki bait ked-2. demikian pula bait ke-2 mengantar pada bait ke-3 dst. Jadi berapapun bait yang dibuat oleh para pujangga Lama, bait pertama, kedua, ke-3,ke-4 selalu terikat satu sama lain. (anda bisa bandingkan dengan karya teman-teman di Taman Persajakan “yang baru menulis pada pola berirama 444/4444″ tapi bait ke bait tidak memiliki jejang struktur yang berhubungan bahkan sering kali bait satu dan bait dua tidak berhubungan sama sekali. Sebaliknya Karya-karya Pujangga Lama semua bait memiliki hubungan arti yang berjenjang. Amgakatan Pujangga Baru. Angkatan ini memiliki ciri kebebasan berekspresi. Dalam berkarya, Angkatan Pujangga Baru tidak akan memperhatikan Irama juga susunan bait-perbait. Angkatan Pujangga Baru, sangat dipengaruhi oleh perkembangan berkesenian orang-orang Eropa yang pada abad 18-19 dan awal abad 20 yang ramai-ramai datang ke Indonesia mendompleng Penjajah atau orang-orang Indonesia yang belajar ke Eropa kemudian setelah kembali menularkan kebebasan berekspresi seperti itu. Baik karya-karya Pujangga Lama maupun karya-karya Pujangga Baru tidak bisa kita Periodisasi dalam bentuk Puisi lama maupun Puisi baru, sebab sebuah karya seni akan selalu kontekstual. Karya seni apapun itu! Sebagai contoh, Para Penyair Puisi-sajak-sanjak di Indonesia skarang ini, tetap menulis dalam pilihan-pilihan itu, baik yang berirama dengan pola 444/4444 – 3334/334 bahkan 2224/224 juga 3336 atau 226 dst. Maupun tanpa irama. Tapi juga berkarya tanpa memperhatikan bait, melaikan hanya sebuah paragraf yang panjang bahkan bisa sampai 2-3 halaman. Trend yang paling terakhir dikalangan Pujangga Kesusastraan Indonesia saat ini adalah Puisi dalam bentuk Dialog (sebuah puisi yang dibaca secara monolog meski berisi dialog)

Read more


Tugas B.IND

pengertian sajak

Sajak itu apa? Robert C. Pooley pernah menyatakan bahwa "orang yang menutup
telinga terhadap sajak akan terpencil daripada satu wilayah yang penuh harta
kekayaan berupa pengertian tentang manusia". Sedangkan Gerson Poyk
berpendapat: "Dunia ini sebenarnya absurd sehingga manusia tidak dapat
mengerti akan dunia ini sepenuhnya dan tugas penyair tentunya berusaha
menggali rahasia kehidupan yang penuh misteri ke dalam bait sajak mereka."

Dan menurut H.B. Jassin, sajak itu adalah suara hati penyairnya, sajak lahir
daripada jiwa dan perasaan tetapi sajak yang baik bukanlah hanya permainan
kata semata-mata. Sajak yang baik membawa gagasan serta pemikiran yang
dapat menjadi renungan masyarakat.

Abdul Hadi W.M. menjelaskan bahwa sajak itu ditulis untuk mencari kebenaran.
Katanya lagi, "dalam sajak terdapat tanggapan terhadap hidup secara
batiniah". Oleh itu bagi beliau, di dalam sajak harus ada gagasan dan
keyakinan penyair terhadap kehidupan, atau lebih tepat lagi, nilai
kemanusiaan.

Aneh bin nyata, mungkin karena untuk mencari kebenaran inilah, sehingga
banyak sekali penyair kondang, pernah merasakan hidup di bui, mulai dari
Hamka s/d Rendra.

Saini KM menanggapi sajak sebagai berikut:
sebelum tintamu menjadi darah
kata-kata akan tetap tinggal bunyi;
kebisingan lain di tengah-tengah hingar-bingar dunia

Sajak itu sekelompok warna kata dalam misteri makna. Tugas penyair hanya
menulis. Tugas pengkritik adalah membedah sajak itu dengan pisau ilmunya
dan tugas anda (sebagai calon peperiksaan) adalah memberi apa-apa yang
diminta, bukan menghulur apa-apa yang ada (tahu).

Dan mungkin tepat juga apa yg ditulis oleh W.S. Rendra dlm sajaknya
"Sebatang Lisong"
penyair - penyair salon
yang bersajak tentang anggur dan rembulan
sementara ketidak adilan terjadi disampingnya
dan delapan juta kanak - kanak tanpa pendidikan
termangu - mangu di kaki dewi kesenian

Penyair si Burung Merak, W.S. Rendra lahir di Solo pada th 1935. Ia banyak
menulis sajak2 lirik dgn thema cinta yg dihubungkan dgn rasa keagamaan dan
mistik, seperti yg tercantum dlm kumpulan sajak2nya yg berjudul: " Empat
kumpulan sajak" (Kakawin Kawin, Malam Stanza, Nyanyian dari Jalanan dan
Sajak Duabelas Perak).

Bahkan harus diakui, bahwa mang Ucup juga pernah nyontek puisi dari Rendra
yg berjudul "Surat Cinta" untuk dikirimkan kepada seorang wanita pujaannya.
Tetapi sekarang sajak W.S. Rendra yg cocok untuk dicontek oleh mang Ucup
hanya "Sajak seorang tua untuk istrinya"

Sajak2 lainnya yg bertema keagamaan ialah Mazmur Mawar dan Sajak-sajak
Sepatu Tua. Sedangkan sajak2nya yang bertemakan politik seperti "Pamplet
Penyair" mulai ditulisnya sejak 1975.

Salah satu bait sajak dari Rendra yg sangat berkesan bagi saya ialah dari
sajak
Doa Seorang Serdadu Sebelum Berperang

Malam dan wajahku
adalah satu warna
Dosa dan nafasku
adalah satu udara.

Tak ada pilihan
kecuali menyadari
biarpun bersama penyesalan

Puisi adalah bentuk karangan yang tidak terikat oleh rima, ritme ataupun jumlah baris serta ditandai oleh bahasa yang padat.
Unsure-unsur intrinsik puisi adalah
1. Tema yaitu tentang apa puisi itu berbicara
2. Amanat yaitu apa yang hendak dinasehatkan kepada pembaca
3. Rima yaitu persamaan-persamaan bunyi
4. Ritme yaitu perhentian-perhentian atau tekanan-tekanan yang diatur
5. Majas atau gaya bahasa yaitu permainan bahasa untuk efek estetis maupun maksimalisasi
6. Kesan yaitu perasaan yang diungkap lewat puisi
7. Diksi yaitu pilihan kata atau ungkapan

PUISI LAMA

A.PENGERTIAN
Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan.

Aturan- aturan itu antara lain :
1
. Jumlah kata dalam 1 baris
2. Jumlah baris dalam 1 bait
3. Persajakan (rima)
4. Banyak suku kata tiap baris
5. Irama


B. MACAM-MACAM PUISI LAMA

1. MANTRA
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.

Contoh:

Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu


2.GURINDAM
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India)

CIRI-CIRI GURINDAM:
a. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
b. Berasal dari Tamil (India)
c. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.


Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)

Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )

Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. SYAIR
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab.

CIRI - CIRI SYAIR :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :

Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)


Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)


4.PANTUN
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat.

CIRI – CIRI PANTUN :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)


Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)


MACAM-MACAM PANTUN

1. DILIHAT DARI BENTUKNYA

a. PANTUN BIASA
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati


2. SELOKA (PANTUN BERKAIT)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait.

CIRI-CIRI SELOKA:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya


Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan


3. TALIBUN
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.

Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d

Contoh :
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu

Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu


4. PANTUN KILAT ( KARMINA )
CIRI-CIRINYA :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata


Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)


   2. DILIHAT DARI ISINYA
 PANTUN ANAK-ANAK
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah datang


  PANTUN ORANG MUDA
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua


2.3. PANTUN ORANG TUA
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang


2.4. PANTUN JENAKA
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga
PANTUN TEKA-TEKI
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki

Usaha Berhasil
Raden Somad

Pengertian Syair Bidasari

»Raden Somad » Asmara » Pengertian Syair Bidasari

Pengertian Syair Bidasari

Informasi Dan Pengertian Syair Bidasari :

Syair adalah puisi atau karangan dalam bentuk terikat yang mementingkan irama sajak. Biasanya terdiri dari 4 baris, berirama aaaa, keempat baris tersebut mengandung arti atau maksud penyair (pada pantun, 2 baris terakhir yang mengandung maksud).

Syair Bidasari
adalah syair yang berkisah tentang Bidasari, seorang puteri raja yang sangat cantik. Dia tidak tahu asal-usulnya, dan kemudian diangkat anak oleh sepasang pedagang kaya. Ratu negeri yang cemburu akan kecantikannya kemudian bersekongkol untuk kemudian membuang Bidasari ke hutan. Di sana dia ditemukan oleh raja yang kemudian menikahinya. [1].
Syair ini diterbitkan dan dibahas oleh H. C. Klinkert di Leiden pada tahun 1886 dalam Drie Maleische Gedichten of  Sjair Ken Tamboehan, Jatim Nestapa en Bidasari. Syair ini sempat populer di Eropa pada abad ke-19, dan diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, dan disadur dalam bentuk prosa ke dalam bahasa Perancis

A.PENGERTIAN

Rima adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah keindahan suatu puisi.

Contoh :

Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian



B. MACAM-MACAM RIMA

1. RIMA BERDASARKAN BUNYI

1.1. Rima Sempurna
Seluruh suku akhirnya berirama sama
Contoh :
ma – lang
ma – ti

pa – lang
ha - ti


1.2. Rima Tak Sempurna
Hanya sebagian suku akhir yang sama
Contoh :
pu – lang
pa - gi

tu – kang
ha - ri


1.3. Rima Mutlak
Seluruh kata berima

Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenagan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau-silau

Kata jua yang diulang dua kali pada tempat yang sama itu berima mutlak.

1.4. Rima Terbuka
Yang berima adalah suku akhir suku terbuka dengan vokal yang sama.
Contoh :
bu – ka
ba – tu

mu – ka
pa – lu


1.5. Rima Tertutup
Yang berima itu suku akhir suku tertutup dengan vokal yang diikuti konsonan yang sama.
Contoh :
hi – lang
su – sut

ma – lang
ta – kut



1.6. Rima Aliterasi
Yang berima adalah bunyi-bunyi awal pada tiuap-tiap kata yang sebaris, maupun pada baris-baris berlainan.

Contoh :
Bukan beta bijak berperi
Pandai mengubah madahan syair


Bunyi b pada kata-kata dalam baris pertama bait puisi di atas disebut rima aliterasi.

1.7. Rima Asonansi
Yang berima adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata, baik pada satu baris maupun pada baris-baris berlainan.

Contoh :
se – cu – pak
tum - bang

se – cu – kat
mun - dam


Yang disebut asonansi ialah vokal-vokal e – u – a dan u – a pada kata-kata tersebut di atas.

1.8. Rima Disonansi
Rima ini adalah vokal-vokal yang menjadi rangka kata-kata seperti pada asonansi tetapi memberikan kesan bunyi-bunyi yang berlawanan.

Contoh :
Tin – dak tan – duk ( i– a / a – u )

Mon – dar man – dir ( o – a / a – i )



2. BERDASARKAN LETAK KATA-KATA DALAM BARIS

2.1. Rima Awal
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada awal-awal kata.
Contoh :
Pemuda kaulah harapan bangsa
Pemuda jangan suka berpangku tangan


2.2. Rima Tengah
Apabila kata-kata yang berima terletak di tengah.
Contoh :
Pemuda kaulah harapan bangsa
Pemudi kaulah harapan negeri


2.3. Rima Akhir
Apabila kata-kata yang berima terletak pada akhir.
Bentuk ini banyak digunakan dalam bentuk Pantun, Syair dan Gurindam.
Contoh :
Tolong - menolong umpama jari
Bantu membantu setiap hari
Bekerja selalu berlima diri
Itulah misal Tuhan memberi


2.4. Rima Tegak
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada baris-baris yang berlainan.
Contoh :
Terlipat
Terikat
Engkau mencari
Terang matahari
Melambai
Melombai
Engkau beringin
Digerak angin

Terhibur
Terlipur
Engkau bermalam
Di tepi kolam
(J.E. Tatengkeng)


2.5. Rima Datar
Apabila rima kata-kata yang berima itu terdapat pada baris yang sama.
Contoh :
Air mengalir menghilir sungai

(bunyi ir pada akhir ketiga kata)


2.6. Rima Sejajar
Apabila sepatah kata dipakai berulang-ulang dalam kalimat yang beruntun.
Contoh :
Dapat sama laba
Cicir sama rugi
Bukit sama didaki
Lurah sama dituruni
Berat sama dipikul
Ringan sama dijinjing
Terapung sama hanyut
Terendam sama basah.


2.7. Rima Berpeluk (Rima Berpaut)
Apabila umpamanya baris pertama berima dengan baris keempat, baris kedua berima dengan baris ketiga.

Rima ini terletak pada bentuk Soneta dengan rima a – b – b – a
Contoh :
Perasaan siapa ta’kan nyala ( a )
Melihat anak berlagu dendang ( b )
Seorang sajak di tepi padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )


2.8. Rima Bersilang (Rima Salib)
Rima yang letaknya berselang-selang.
Misalnya baris pertama berima dengan baris ketiga, dan baris kedua berima dengan baris keempat.

Rima ini dapat kita jumpai dalam bentuk Pantun yang berrumus
a – b – a – b.
Contoh :
Burung nuri burung dara ( a )
Terbang ke sisi taman kayangan ( b )
Karangan janggal banyak tak kena ( a )
Daripada paham belum sempurna ( b )


2.9. Rima Rangkai
Apabila kata-kata yang berima terdapat pada kalimat-kalimat yang beruntun.

Bentuk ini dapat kita jumpai dalam bentuk Syair dengan rumusnya
a – a – a – a ; b – b – b –b
Contoh :
Hatiku rindu bukan kepalang ( a )
Dendam berahi berulang-ulang ( a )
Air mata bercucuran selang menyelang ( a )
Mengenangkan adik kekasih abang ( a )

Diriku lemah anggotaku layu ( b )
Rasakan cinta bertalu-talu ( b )
Kalau begini datanglah selalu ( b )
Tentulah kanda berpulang dahulu ( b )


2.10. Rima Kembar
Apabila kalimat yang beruntun dua-dua berima sama.
Misalnya dengan abjad a – a – b – b atau c – c – d – d – e – e dan seterusnya.
Contoh :
Sedikitpun matamu tak berkerling ( a )
Memandang ibumu sakit berguling ( a )
Air matamu tak bercucuran ( b )
Tinggalkan ibumu tak penghiburan ( b )

( J. E. Tatengkeng)


2.11. Rima Patah
Apabila dalam bait-bait puisi ada kata yang tidak berima sedangkan kata-kata lain pada tempat yang sama di baris-baris lain memilikinya.

Rumus rima patah adalah a – a – b – a atau b – c – b – b
Contoh :
Beli baju ke pasar Minggu ( a )
Jangan lupa beli duku ( a )
Beli kemeja ke pasar Senen ( b )
Jangan lupa ajaklah daku ( a )



Beli kemeja ke pasar Senen ( b )
Jangan lupa membesi dasi ( c )
Jangan suka jajan permen ( b )
Lebih baik dibelikan semen ( b )


2.12. Rima Merdeka
Tidak ada yang bersajak
Contoh :
Hanya sebuah bintang ( a )
Kelip kemilau ( b )
Tercapak di langit ( c )
Tidak berteman ( d )

(Aoh Kartadimadja)



3. RIMA MENURUT RUPANYA

Rima Rupa
Rima rupa hanya terdapat pada puisi-puisi Melayu Klasik yang ditulis dengan huruf Arab – Melayu.
Tulisan ( bentuknya ) tampak sama, tetapi bunyinya berbeda.
Contoh :
1. Tulisan kata ramai dengan rami.
2. Tulisan kata lampau dengan lampu.


Untuk lebih jelasnya, marilah kita lihat contoh berikut ini :
Contoh :
1. Kota Jakarta yang berpenduduk hampir tujuh juta orang itu sangat ramai.
2. Pada masa lampau kehidupan masyarakat masih sederhana.

Read more



Ikhtisiar
Menurut Juhara (2003). Ikhtisiar adalah penulisan pokok-pokok masalah penulisannya tidak harus berurutan, boleh secara acak atau disajikan dalam bahasa pembuat ikhtisar tanpa mengubah tema sebuah wacana. Ikhtisiar berfungsi sebagai garis-garis besar masalah dalam sebuah wacana yang berukuran pendek atau sedang.

Ikhtisiar yaitu penyajian singkat dari suatu karangan asli yang tidak perlu memberikan isi dari seluruh karangan itu secara proporsional.

Cara membuat ikhtisiar adalah sebagai berikut :
a) Membaca naskah asli beberapa kali (setidak-tidaknya dua kali).
b) Membuat kerangka bacaan dengan menuliskan pikiran utama atau pikiran pokokj yang terdapat dalam naskah.
c) Menulis ihtisiar.
Sebaliknya tidak perlu mempertahankan
urutan karangan asli tidak perlu memberikan
isi dari seluruh karangan secara proporsional.
Penulis ikhtisar dapat langsung
mengemukakan inti atau pokok masalah dan
problematik pemecahannya. Untuk ilustrasi
beberapa bagian atau isi dari beberapa bab
dapat diberikan untuk menjelaskan initi atau
pokok masalah tadi, sementara bagian atau
bab-bab yang kurang penting dapat
diabaikan.

Read more








Read more


1. Menjelang kekalahan Jepang terhadap sekutu, pimpinan Pendudukan Jepang di Jawa di
bawah pimpinan Letnan Jenderal Kumakici Harada mengatakan kepada bangsa Indonesia
mengenai janji Kemerdekaan. Untuk merealisasi janji tersebut maka pada tanggal 1 Maret
1945 diumumkan pembentukan Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (BPUPKI), dalam bahasa Jepangnya Dokuritsu Junbi Cosakai. Maksud dan
tujuan dibentuknya BPUPKI adalah untuk mempelajari dan menyelidiki hal-hal penting
yang berkaitan dengan segala sesuatu yang menyangkut pembentukan negara Indonesia
Merdeka. Itulah alasan Jepang membentuk BPUPKI.
2. BPUPKI yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat telah mengadakan sidang dua
kali, yang menghasilkan susunan dasar dan konstitusi untuk negara Indonesia yang akan
didirikan.
- Sidang pertama tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 menghasilkan Piagam Jakarta (Jakarta
Charter).
- Sidang kedua tanggal 10 - 17 Juli 1945 menghasilkan Rancangan Hukum Dasar
Negara Indonesia Merdeka. Ditetapkan pula bahwa Piagam Jakarta dijadikan
pembukaan Hukum Dasar.
3. Setelah tugasnya selesai, pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan dan sebagai
gantinya adalah dibentuknya Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) yang bahasa
Jepangnya adalah Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI diketahui oleh Ir. Soekarno dan wakilnya
adalah Drs. Mohammad Hatta. Tugas PPKI adalah mempersiapkan Kemerdekaan
Indonesia. Namun sampai Indonesia Merdeka PPKI belum pernah bersidang. PPKI
bersidang mulai tanggal 18 Agustus 1945.
Setelah

Read more


PPKI dibentuk tanggal 7 Agustus 1945 yang beranggotakan 21 orang. Wakil
Pulau Jawa berjumlah 12 orang yakni :
1. Ir.Soekarno 7. Suryohamijoyo
2. Drs. Moh. Hatta 8. M. Sutarjo Kartohadikusumo
3. Dr. Radjiman Wediodiningrat 9. Prof. Mr.Dr.Supomo
4. Oto Iskandardinata 10. Abdulkadir
5. Wachid Hasyim 11. Poeroebojo
6. Ki Bagus Hadikusumo 12. R.P. Suroso
Adapun yang mewakili Sumatera ada 3 orang yakni
Dr. Amir, Mr. Teuku Moh. Hasan dan Mr. Abdul Abas.
Sedangkan yang mewakili Sulawesi ada 2 orang yaitu Dr. Ratu
Langie dan Andi Pangeran.
Untuk daerah-daerah lain seperti Kalimantan, Sunda
Kecil (Nusa Tenggara), Maluku dan golongan Cina masingmasing
diwakili 1 orang yaitu : A.A. Hamidan, Mr. Gusti Ktut
Puja, Mr. J. Latuharhary, dan Drs. Yap Chuan Bing.
Ketua PPKI adalah Ir. Soekarno dan wakil ketua PPKI
adalah Drs. Mohammad Hatta. Sedangkan sebagai
penasihatnya Mr. Ahmad Subardjo. Mereka yang diangkat
menjadi anggota PPKI terdiri atas tokoh-tokoh nasionalis di
berbagai daerah.
C Dibentuknya PPKI dan Peranannya dalam
Proses Persiapan Kemerdekaan Indonesia
Sumber : Album Perjuangan, PT. Mandira,
1991. hal. 74
Gambar 11.9 Marsekal Terauchi
Panglima Tentara Kawasan
Selatan di tahun 1945
220 IPS SMP/MTs Kelas VIII
Pembentukan PPKI ini langsung ditangani oleh Marsekal Terauci. Panglima
Tertinggi bala tentara Jepang di Asia Tenggara yang berkedudukan di Dalath
(Vietnam). Pada tanggal 9 Agustus 1945 Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta dan Dr.
Radjiman Wediodiningrat dipanggil menghadap Terauchi.
Dalam pertemuan tanggal 12 Agustus 1945 kepada para pemimpin bangsa kita,
Marsekal Terauci menyampaikan hal-hal sebagai berikut.
1. Pemerintah Jepang memutuskan untuk memberi kemerdekaan kepada
Indonesia.
2. Untuk pelaksanaan kemerdekaan telah dibentuk PPKI.
3. Pelaksanaan kemerdekaan segera setelah persiapan selesai dan berangsur-angsur
dimulai dari Pulau Jawa kemudian pulau-pulau lain.
4. Wilayah Indonesia akan meliputi seluruh bekas wilayah Hindia Belanda.
Para pemimpin dalam perjalanan pulang ke tanah air
singgah dulu di Singapura. Mereka bertemu 3 pemimpin
PPKI yang mewakili Sumatera yakni Dr. Amir, Mr. Teuku
Moh. Hasan dan Mr. Abdul Abas. Dari wakil Sumatera
tersebut, mereka mendengar kabar bahwa Jepang semakin
kalah. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah
kepada Sekutu tanpa syarat.
Hal ini diumumkan Tenno Heika melalui radio. Sutan
Syahrir yang mendengar berita menyerahnya Jepang kepada
Sekutu segera mendesak Bung Karno agar segera dilaksanakan
proklamasi tanpa harus menunggu janji Jepang. Namun Bung
Karno belum menerima maksud Sutan Syahrir tersebut
dengan alasan belum mengadakan pertemuan dengan
anggota-anggota PPKI yang lain. Di samping itu terlebih
dahulu Bung Karno akan mencoba dulu mencek kebenaran
berita kekalahan Jepang tersebut.
Sutan Syahrir kemudian menemui para pemuda seperti
Sukarni, BM. Diah, Sayuti Melik dan lain-lain. Pada tanggal
15 Agustus 1945 pukul 20.30 waktu Jawa Zaman Jepang
(pukul 20.00 WIB) para pemuda mengadakan rapat yang
dipimpin oleh Chaerul Saleh.
Rapat berlangsung di salah satu ruangan Lembaga
Bakteriologi di Pegangsaan Timur, Jakarta. Mereka yang hadir
selain Chaerul Saleh adalah Djohar Nur, Kusnandar, Subadio,
Subianto, Margono, Wikana, dan Alamsyah. Dalam rapat
tersebut diputuskan tentang tuntutan golongan pemuda yang
menegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak rakyat
Indonesia sendiri, segala ikatan, hubungan dan janji
kemerdekaan harus diputus dan perlunya berunding dengan
Sumber : Pemuda Indonesia dalam Dimensi
Sejarah, Kurnia Esa, 1985. hal. 222
Gambar 11.11 Sayuti Melik di
masa belia. Langganan penjara
Belanda di masa perang-perang
Pasifik.
Sumber : Album Perjuangan, PT. Alda,
1975
Gambar 11.10 BM. Diah.
IPS SMP/MTs Kelas VIII 221
Kecakapan Personal dan Sosial
Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta agar kelompok pemuda diikut sertakan dalam
menyatakan proklamasi.
Pada tanggal 15 Agustus 1945 pukul 22.30 waktu Jawa jaman Jepang (pukul
22.00 WIB) Wikana dan Darwis mewakili dari para pemuda menemui Bung Karno.
Mereka berdua mendesak Bung Karno agar segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia pada keesokan harinya. Akhirnya terjadilah perdebatan. Perbedaan tersebut
sampai mengarah pada pemaksaan dari golongan muda terhadap golongan tua. Akan
tetapi kedua golongan tersebut bertujuan demi mencapai kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu PPKI yang dibentuk oleh Jepang namun hingga Jepang menyerah
kepada Sekutu, PPKI belum pernah bersidang. PPKI baru mengadakan sidang pada
tanggal 18 Agustus 1945 yakni setelah Proklamasi Kemerdekaan.
Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 tersebut anggota PPKI ditambah 6
orang oleh pihak Indonesia lepas dari pengendalian Jepang. Dengan demikian dapat
dianggap bahwa PPKI telah diambil alih oleh rakyat Indonesia dari pihak Jepang.
Dengan tambahan anggota tersebut, PPKI dianggap sebagai wakil dari seluruh bangsa
Indonesia.
Adapun 6 orang baru PPKI itu adalah Mr. Ahmad Subarjo, Sayuti Melik, Ki
Hajar Dewantoro, Iwa Kusumasumantri, Mr. Kasman Singodimejo, dan
Wiranatakusumah.
Dalam sidang PPKI tanggal 18 Agustus 1945 itulah pembukaan beserta batang
tubuh undang-undang Dasar 1945 disyahkan oleh PPKI. Pembukaan UUD 1945
yang disyahkan diambil dari Piagam Jakarta dengan perubahan atas pesan dari
tokoh-tokoh Kristen dari Indonesia bagian timur setelah berkonsultasi dengan
pemuka-pemuka Islam.
Dengan demikian rumusan Pancasila Dasar Negara yang otentik adalah rumusan
PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yaitu:
1. Ketuhanan Yang Maha Esa;
2. Kemanusiaan yang adil dan Beradab;
3. Persatuan Indonesia;
4. Kerakyataan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/
perwakilan;
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Read more


Setelah anggota BPUPKI dilantik, kemudian mulai bersidang. Dalam hal ini
tugas BPUPKI adalah menyusun Dasar dan Konstitusi untuk negara Indonesia yang
akan didirikan. BPUPKI mulai bersidang tanggal 29 Mei 1945. Sidang BPUPKI
berlangsung dua tahap yaitu sidang pertama tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945. Sedangkan
sidang kedua berlangsung dari tanggal 19 - 17 Juli 1945.
1. Sidang BPUPKI I (29 Mei - 1 Juni 1945)
Sidang ini merumuskan undang-undang dasar yang dimulai dengan membahas
dasar negara Indonesia Merdeka.
Ada tiga pandangan yang dikemukakan mengenai dasar negara Indonesia
merdeka.
Pada tanggal 29 Mei 1945, hari pertama persidangan pertama BPUPKI, Muh.
Yamin dalam pidatonya mengemukakan Asas Dasar Negara Kebangsaan Republik
Indonesia. Asas Dasar adalah sebagai berikut.
1. Peri kebangsaan.
2. Peri kemanusiaan.
3. Peri ketuhanan.
4. Peri kerakyatan.
5. Kesejahteraan rakyat.
Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof.
Dr. Mr. Supomo memusatkan
pidatonya pada dasar negara
Indonesia merdeka. Menurut beliau,
dasar-dasar bagi Indonesia merdeka
adalah sebagai berikut.
1. Persatuan.
2. Kekeluargaan.
3. Keseimbangan lahir batin.
4. Musyawarah.
5. Keadilan rakyat.
Kesokan harinya pada tanggal
1 Juni 1945 yang merupakan rapat
terakhir dalam sidang pertama,
Ir. Soekarno dalam pidatonya mengemukakan
perumusan lima dasar negara Indonesia merdeka, yaitu :
B Proses Penyusunan Dasar dan Konstitusi
untuk Negara Indonesia yang Akan Didirikan
Sumber : Pemuda Indo. Dalam Dimensi
Sejarah, Kurnia Esa, 1985. hal. 132
Gambar 11.4 Muh. Yamin, tokoh
yang mengusulkan ”Asas Dasar
Negara Kebangsaan Republik
Indonesia”
Sumber : Album Perjuangan, PT. Mandira,
1991. hal. 69
Gambar 11.3 Supomo, tokoh yang
mengusulkan dasar-dasar bagi
Indonesia Merdeka
216 IPS SMP/MTs Kelas VIII
1. Kebangsaan Indonesia;
2. Internasionalisme atau perikemanusiaan ;
3. Mufakat atau demokrasi;
4. Kesejahteraan sosial;
5. Ketuhanan yang Maha Esa.
Pidato Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945 selain berisi
usul mengenai dasar negara Indonesia merdeka, juga berisi
usul mengenai nama bagi dasar negara yakni Pancasila.
Sidang pertama BPUPKI berakhir tanggal 1 Juni 1945.
Dalam sidang pertama ini tidak menghasilkan kesimpulan
atau perumusan. Pada waktu itu hanya ada saran-saran atau
usulan mengenai rumusan dasar negara bagi Indonesia
merdeka. Setelah itu BPUPKI mengadakan reses selama lebih
dari satu bulan.
Sebelum reses, dibentuklah panitia kecil di bawah
pimpinan Ir. Soekarno. Panitia kecil itu berjumlah 8 orang
dengan tugas menampung saran, usul dan konsepsi para
anggota untuk diserahkan melalui sekretariat.
Anggota lainnya dalam panitia kecil ini adalah Drs.
Mohammad Hatta, Sutardjo Kartohadikusumo, Wachid
Hasyim, Ki Bagus Hadikusumo, Otto Iskandardinata,
Muhammad Yamin dan A.A. Maramis.
Ir. Soekarno melaporkan bahwa pada tanggal 22 Juni
1945 Panitia Kecil itu mengadakan pertemuan dengan
38 anggota BPUPKI, sebagian di antaranya menghadiri sidang
Cuo Sangi In. Hasil pertemuan itu adalah telah ditampungnya
suara-suara dan usul-usul lisan anggota BPUPKI.
Dalam pertemuan itu pula terbentuk panitia kecil lain
yang berjumlah 9 orang, yang kemudian dikenal dengan
Panitia Sembilan. Mereka itu terdiri atas: Ir. Soekarno, Drs.
Moh. Hatta, Mr. Muh. Yamin, Mr. Ahmad Subardjo, Mr.
A.A. Maramis, Abdulkahar Muzakkir, Wachid Hasyim, H.Agus Salim, dan Abikusno
Cokrosuyoso. Panitia sembilan tersebut berkumpul menyusun rumusan dasar negara
berdasarkan pemandangan umum para anggota.
Akhirnya mereka berhasil merumuskan maksud dan tujuan pembentukan negara
Indonesia merdeka. Rumusan itu diterima secara bulat dan ditandatangani. Oleh
Mr. Muh Yamin rumusan hasil Panitia sembilan itu diberi nama Jakarta Charter atau
Piagam Jakarta.
Sumber :Album Perjuangan, PT Mandira
1991. hal. 70
Gambar 11.5 Ir. Soekarno di
masa muda dalam sidang
BPUPKI beliau mengusulkan
dasar negara Indonesia
merdeka yang diberi nama
Pancasila
Sumber :Ensiklopedi Indo. 3, Ichtiar Baru, hal.
1270
Gambar 11.6 Dr. Mohammad
Hatta, salah satu anggota panitia
sembilan
IPS SMP/MTs Kelas VIII 217
Rumusan dasar negara Indonesia Merdeka berdasar Piagam Jakarta sebagai
berikut.
1. Ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syari’at Islam bagi pemelukpemeluknya.
2. (menurut) dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
3. Persatuan Indonesia.
4. (dan) kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan
perwakilan.
5. (serta dengan mewujudkan suatu) keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. Sidang BPUPKI II (10 - 17 Juli 1945)
Sidang kedua BPUPKI ini membahas rencana undang-undang dasar, termasuk
pembukaan atau preambulenya oleh Panitia Perancangan Undang-Undang Dasar
yang diketuai oleh Ir. Soekarno. Panitia ini berjumlah 19 orang (termasuk ketua).
Adapun anggota-anggotanya adalah sebagai berikut.
1. AA. Maramis 10. Mr. Latuharhary
2. Oto Iskandardinata 11. Mr. Susanto Tritoprodjo
3. Poeroebojo 12. Mr. Sartono
4. Agus Salim 13. Mr. Wongsonegoro
5. Mr. Ahmad Subardjo 14. Wuryaningrat
6. Prof. Dr. Mr. Supomo 15. Mr. R.P. Singgih
7. Mr.Maria Ulfah Santosa 16. Tan Eng Hoat
8. Wachid Hasyim 17. Prof. Dr. P.A. Husein Djajadiningrat
9. Parada Harahap 18. dr. Sukiman
Pada sidang tanggal 11 Juli 1945, panitia Perancang
Undang-Undang Dasar dengan suara bulat meyetujui isi
preambule (pembukaan) yang diambil dari Piagam
Jakarta.
Kemudian dibentuk panitia kecil perancang Undang-
Undang Dasar yang diketuai oleh Prof. Dr. Mr. Supomo
dengan anggota-anggotanya sebagai berikut.
1. Mr. Wongsonegoro
2. Mr. Ahmad Subarjo
3. Mr. A.A. Maramis
4. Mr. R.P. Singgih
5. H. Agus Salim
6. dr. Sukiman
Sumber : Ensiklopedi Indonesia I, Ichtiar Baru,
hal. 118
Gambar 11.7 Ahmad Soebardjo, salah
satu anggota panitia perancang Undang-
Undang Dasar
218 IPS SMP/MTs Kelas VIII
Hasil perumusan panitia kecil ini disempurnakan bahasanya oleh ”Panitia
penghalus bahasa” yang terdiri atas Husein Djajadiningrat, H. Agus Salim, dan
Supomo.
Pada sidang tanggal 14 Juli 1945, BPUPKI menerima laporan dari Panitia
Perancang Undang-Undang Dasar. Ir. Soekarno selaku ketua melaporkan tiga hasil
panitia, yaitu sebagai berikut.
1. Pernyataan Indonesia merdeka.
2. Pembukaan Undang-Undang Dasar.
3. Batang Tubuh Undang-Undang Dasar.
Dalam sidang BPUPKI II ini disetujui secara bulat yaitu:
1. Rancangan Hukum Dasar Negara Indonesia Merdeka;
2. Piagam Jakarta menjadi pembukaan Hukum Dasar itu.
Untuk pembukaan Hukum Dasar diambil dari piagam Jakarta dengan beberapa
perubahan, yaitu sebagai berikut.
1. Pada alinea ke-4, perkataan ”Hukum Dasar”, diganti dengan ”Undang-Undang
Dasar”.
2. ... berdasarkan kepada ketuhanan, dengan kewajiban menjalankan syareat Islam
bagi pemeluk-pemeluknya menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab,
diganti dengan : ”berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab.”
3. Dan di antara ”Permusyawaratan perwakilan” dalam Undang-Undang Dasar
ditambah dengan garis miring (/).
Pada tanggal 7 Agustus 1945 BPUPKI dibubarkan sebagai gantinya dibentuk
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPPKI) atau dalam bahasa Jepangnya
Dokuritsu Junbi Inkai. PPKI ini dibentuk sebagai badan yang akan mempersiapkan
penyerahan kekuasaan pemerintah dari bala tentara Jepang kepada bangsa Indonesia.

Read more

Powered By Blogger

Total Tayangan Halaman

Just have fun ! No COPAS. Diberdayakan oleh Blogger.

The Beatles

The Beatles

Pengikut


bloguez.com

ShoutMix chat widget